Minggu, 23 Oktober 2011

Maafkan aku suamiku – Sabtu yang membara menuju TK yang akan asyik- (keempat).


Setelah S berhasil memasukan mr Pnya ke dalam miss Vku, keterbatasan sebagai teman mulai terasa terbuka lebih lebar menuju status sebagai suami istri. Setiap hari saat jam kantor, aku dan S pasti berciuman dan diiringi dengan tindakan saling menggerayangi seorang akan yang lain. S kelihatannya sangat bernafsu jika berdekatan denganku, akupun tidak berbeda.
Sampai pada suatu hari Sabtu aku janjian untuk bertemu dengan S di kantor. S datang terlebih dahulu dan menungguku di ruangannya. Entah apa yang dikerjakannya, aku tak tahu, tapi yang pasti aku yakin S menungguku. Benar, ketika aku datang S memang kelihatan sementara menungguku. Kamipun langsung berpelukan dan berciuman dengan penuh gairah yang membara.
S. memang nekad, tanpa ragu memintaku untuk segera melepaskan celanaku yang kupakai waktu itu. Aku mengenakan celana panjang, jadi terpaksa aku harus membukanya bersama dengan CDku. S lalu menatapku dengan tatapan yang penuh nafsu. S pun lalu melepaskan lagi celananya dan tiduran dilantai dibelakang meja kerjanya dan meminta aku duduk diatasnya. Akupun dengan rela duduk diatas mr Pnya. Tidak lama S memintaku untuk menggantikan posisi kami. S meminta aku terlentang dan kami melakukannya secara konvensional. Aku masih ingat kala itu S berbisik kepadaku, “kamu benar-benar hebat, masih seperti perawan”, “ F sangat beruntung mendapatkan ku karena walaupun aku telah mempunyai 2 orang anak, namun karena aku tidak melahirkan secara alamiah membuat aku tetap seperti perawan”. Kamipun Cuma melakukan hub suami istri hanya beberapa saat saja, karena nampaknya S tak mampu mengendalikan nafsunya, namun aku sendiri bisa dengan cepat mencapai orgasme. Inilah awal hub suami istri kami yang terlarang dimana yang satu bebas melihat mr P dan miss V masing-masing karena sebelumnya tidak sevulgar seperti ini. Mr P S, tidak berbeda jauh dengan milik suamiku baik dari segi besarnya maupun warnanya.
Aku ingat bahwa minggu depan instansi kami akan melakukan rapat kerja dengan rekan-rekan kami dari kabupaten. Aku sendiri ditunjuk sebagai salah seorang panitia penyelenggara. Jadi aku punya alasan untuk suamiku bahwa aku mesti kembali kekantor untuk bekerja melakukan persiapan seperlunya. Tentu saja tanpa curiga suamiku mengizinkanku untuk kembali setiap hari sabtu bekerja di Kantor. Memang aku juga bekerja mempersiapkan beberapa keperluan untuk penyelenggaraan rapat kerja itu. Tapi tentu saja yang lebih banyak dikerjakan adalah pertemuan bercinta-cintaan dengan S. Baik itu diruangan kerjaku maupun ruang kerja S.
Setiap malam aku dan S berSMS ria, dan jika memungkinkan, kami bertelepon tentu saja sambil berbisik-bisik takut dipergok baik oleh suami/istri/anak kami masing-masing.
Minggu sore, rapat kerja dibuka di TK. Kami yang tinggal di sekitar kota tempat pelaksanaan rapat kerja tidak disediakan fasilitas menginap. Jadi setelah rapat kerja dibuka kami dipersilahkan pulang kembali untuk menginap di rumah masing-masing. Besok paginya baru kembali untuk mengikuti acara rapat kerja. Aku pernah menceritakan kepada S, bahwa ada juga rekan kerja kami yang pernah menaksirku dan memaksa memelukku, namun aku menolak mentah-mentah. Ternyata S adalah sosok lelaki pencemburu dan penuh curiga. aku ingat malam setelah acara pembukaan rapat kerja tadi, S mengSMSku, S mencurigaiku masih selingkuh dengan salah satu rekan kerja kami yang pernah aku ceritakan kepada S. Aduh,tentu saja aku terpukul mengingat aku benar-benar sudah sungguh-sungguh mencintai S dengan segenap hatiku sejak beberapa hari terakhir ini. Akupun ingin membuktikan bahwa aku benar-benar telah mencintai S dan tidak ada sedikit pikiranku terhadap  rekan-rekan kerja yang kuceritakan kepada S dahulu bahwa mereka pernah mencoba menggerayangiku. Akupun balik membalas SMS S, dan mengatakan, bahwa Aku benar-benar mencintai S oleh karena itu aku ingin buktikan kepada S dengan cara tidur dengan S. pada besok malam di TK. Kebetulan besok malam aku diberikan giliran jaga dari panitia, sedangkan S diminta tidur juga di TK agar paginya bisa menjemput salah satu pimpianan kami yang datang dari Pusat. Aku tidur diruangan panitia, sedangkan S bias menggunakan salah satu kamar peserta dari kabupaten yang kebetulan malam itu meminta ijin untuk menginap dirumahnya karena ada kepentingan keluarga yang harus diselesaikannya.
Besok sore setelah kami berapat kerja kami pulang kembali kerumah tempat tinggal kami masing-masing, namun aku dan S telah berjanji untuk melakukan hayatan kami berdua nanti malam di TK.
Malamnya aku kembali duluan ke TK, langsung kekamar panitia. S datang agak malam dan coba mampir dulu kekamar panitia. Karena masih ada beberapa rekan yang juga berada bersamaku diruang panitia dan juga peserta rapat kerja masih ramai berlalu lalang di sekitar kamar panitia, S lalu berpura-pura pamit kepadaku untuk langsung beristirahat dikamar yang akan digunakannya untuk menginap. Akupun dengan sengaja tanpa dicurigai oleh rekan-rekan kami yang ada bersamaku pada waktu itu, mengiyakan pamitan S tadi. Beberapa saat setelah S berada dikamarnya, SMS Spun masuk ke HPku menanyakan situasi kamarku apakah masih ramai atau sudah aman? Akupun membalasnya nanti aku beritahu jika sudah aman.
Ketika hari semakin malam dan rekan-rekan kami telah berpamitan ke kamarnya masing-masing dan menurutku, situasi kamarku telah aman untuk dikunjungi oleh S, maka akupun mengSMS S. kataku, kamarku telah aman untuk dikunjungi ole S. Dan dalam hitungan menit saja, S telah berada dengan aman didalam kamarku. Sekarang hanya kami berdua, dikamarku. Apa yang akan terjadi?
 Bersambung…….

Maafkan aku suamiku - sore yang menggairahkan - (ketiga).


Aku ingat betul tatkala itu aku tiba di kota asalku mendahului S. S masih tinggal beberapa hari lagi di kota tempat singgahannya. Rupanya kami berdua mulai saling rindu seorang akan yang lain. Kami saling berSMS ria, tapi jika keadaan memungkinkan kami saling menelepon. Tidak enak juga sih jika diketahui oleh sesama teman. Akhirnya S pun tiba kembali di kota asal kami dan kami boleh bertemu lagi di kantor.  Sejak saat itu, tanpa terasa bahwa tingkah kami berdua telah menimbulkan kecurigaan diantara sesama teman, bahkan mungkin juga lingkungan sekitar kantor.
Ketika jam kantor, awalnya saya keruangan S. Kami berdua bercerita tanpa mempedulikan keadaan sekitar. Kami bercerita berjam-jam, bahkan tanpa terasa aku berada diruang kerja S sampai saat bubaran kantor. Cerita kamipun tentu sudah menjurus sampai kemasalah rumahtangga, bahkan lebih khusus lagi menyangkut masalah suami istri. Sudah tidak ada  jarak lagi waktu itu antara aku dan S.Aku masih ingat betul pada waktu itu, aku mengeluh ke S bahwa kepalaku pening dan agak sakit. S lalu mengambil tanganku, lalu memijit dibagian antara ibu jari dengan jari telunjuk. Setelah memijit bagian tersebut, S lalu memintaku agak merapat kedepanya. S lalu memasukan tangan diantara kedua pahaku. Hampir mendekat alat kewanitaanku lalu S mulai memijit, sambil menanyakan rasanya gimana? Aku katakan Cuma rasa agak menggelikan. Waktu itu S memang tidak melakukan hal tang melewati batas, hanya sebatas memijit saja. Ketika suatu sore S bertandang keruanganku, waktu itu menang sudah selesai jam kantor dan para pegawai mulai pulang, jadi kantor kelihatannya semakin sepi. S lalu meminta ijin untuk menciumku, akupun mengangguk dan memenuhi permintaan S. Inilah awal tindakan nekad suami istri yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh siapun juga yang telah berumahtangga untuk berciuman dengan suami atau istri orang lain./ tapi aku dan S sama2 telah melakukan tindakan nekad. Dan inilah tindakan awal yang mulai merusak rumahtangga kami berdua.
Keesokan harinya dan hari-hari selanjutnya kami berdua mulai pulang kerumah agak terlambat beberapa saat sesetelah jam bubaran kantor. Kami berdua memang sengaja agar bisa bermesraan/berciuman dulu sebelum kembali kerumah masing-masing. Selanjut jika telah sampai pada hari jumat, kami lalu janjian agar hari sabtu bisa kembali lagi kekantor untuk bertemu.
Sebenarnya kami berdua tidak punya kesibukan kerja yang mengharuskan kami berdua untuk kembali kekantor, seperti teman lain yang kembali bekerja di kantor karena memang betul mereka bekerja.. Dan ini boleh dibilang setiap hari sabtu pasti kami berdua datang kekantor hanya untuk berselingkuh. Benar-benar mata hati kami sudah buta tanpa mempedulikan teman2 yang mulai berbisik-bisik tentang hubungan kami berdua. Apalagi setiap hari kami berdua selalu pulang pada malam hari. S biasanya mengantarku sampai dekat rumahku, dan engkau suamiku tercinta sebernarnya pada waktu itu aku mau segera mengakhiri hubunganku dengan S karena engkau mulai mencurigaiku telah berselingkuh. Namun kutahu engkau tak mungkin berpikir aku senekad itu, sehingga kesempatanku terbuka lagi untuk melanjutkan perselingkuhanku dengan S.
Akhirnya menjadi kebiasaan bagi aku dan S untuk selalu pulang kantor paling belakangan setelah teman yang lain pulang. Kebiasaan ini tidak lain semata-mata untuk kami bercumbu-cumbuan di ruang kerja S, sebelum pulang kerumah masing-masing.
Aku ingat betul ketika suatu sore saat kami berdua bercumbu-cumbuan yang sangat menggairahkan, pada waktu itu sekalipun aku lagi mensturasi, S nekad menggerayangi miss V ku bahkan berusaha memasukkan mr P nya kedalam mis V ku, dan ternyata bisa masuk, namun karena mungkin S terlalu bernafsu sehingga hanya beberapa detik saja S telah enjakulasi. Inilah awal hubungan suami istri kami berdua yang akan terus berulang disegala tempat dan waktu yang akan kuceritakan pada cerita-cerita berikutnya.
Bersambung  

Maafkan aku suamiku – Rapat Keluar Daerah Awal cinta Bersemi (kedua).


Setiap awal atau akhir tahun, biasanya setiap tahun selaku pejabat kami (aku dan S) selalu mengikuti rapat kerja yang biasanya dilakukan intansi pusat kami yan diikuti oleh seluruh pejabat di lingkungan instansi kami di Indonesia dikota tertentu di Indonesia.
Pada awal tahun 2005, rapat kerja dilakukan di kota S. Sebelum ke kota S status kami (aku dan S) masih sebagai layaknya teman. Kami ke kota S tidak bersamaan, karena S nampaknya harus terlebih dahulu ke kota tertentu untuk menjenguk anak2nya yang sementara mengikuti pendidikan di PT. Aku ke kota S dengan beberapa teman pejabat yang lain. Dan akhirnya kami semua bias berkumpul di kota S untuk mengikuti acara rapat kerja tersebut.
Hari pertama biasanya dilakukan acara pembukaan oleh pimpinan pusat disertai arahan, sesudah itu kami diberi kesempatan untuk beristirahat karena acara pembukaan telah berakhir sekitar pukul 22.00 malam. Keesokan harinya baru dilanjutkan lagi, yang dimulai sekitar pukul 8 pagi.
Hari pertama acara rapat berakhir sekitar pukul 17.30 dan kami diberi waktu untuk beristrirahat lagi samapi esok pagi baru dilanjutkan acara rapatnya. Aku ingat betul ketika waktu makan malam berkahir, S dan beberapa kawan lain berkunjung kekamarku untuk sekedar mengobrol. S rupanya ingin mendapatkan kesempatan baik untuk berbicara denganku secara 4 mata. Teman lain sudah pada meninggalkan kamarku namun S masih tetap bertahan di kamarku. Kebetulan pada waktu itu teman sekamarku tentu saja seorang wanita juga lagi kekamar temannya sehingga tinggal aku berdua dengan S saja di kamarku. Tiba2 S mengutarakan apa yang pernah diutarakannya kepada saya beberapa hari  lalu di kantor kita. S bertanya bagaimana jawabanku terhadap pertanyaannya beberapa hari lalu, bahwa S sayang saya. Tentu saja sebagai seorang wanita dan juga seorang istri serta seorang ibu dari 2 oerang anak, aku katakana tidak bisa. Aku takut, aku tidak berani melakukan perselingkuhan dengan S. Nampaknya S dapat menerima jawabanku, sehingga pergi meninggalkan kamarku tanpa berbicara dan melakukan apaun kecuali pamitan kepada saya. Nampaknya setelah kembali kekamrnya S masih penasaran dan mencoba menghubungiku lewat telepon Hotel. S mohon maaf, dan minta juga kepadaku untuk merahasikan hal ini kepada orang lain. Aku lalu mengiyakan, dan berjanji untuk menjaga rahasia tadi kepada S. Tapi terus saja hati kecilku masih menggodaku untuk mengatakan iya kepada S namum harga diriku jauh lebih besar dari keinginagnku.
Keesokan harinya, aku melihat S sangat berubah, tidak lagi ramah kepaku bahkan terkesan menghindar. Yah itu mungkin lebih baik pikirku. Hari ini merupakan hari terakhir rapat kerja nasional.
Ketika acara penutupan akan digelar, aku ada sedikit kepentinagn dengan salah seorang anggota keluarga suamiku yang kebetulan sementara berlibur juga di kota S tempat kami berapat kerja. Malamnya ketika aku kembali ke hotel dan menuju keruangan penutupan, aku piker aku sudah terlambat bila perlu aku tidak perlu ikut acara penutupan, biarlah diluar ruangan penutupan sampai acara selesai saja. Eh tanpa disengaja pada waktu itu ternyata S juga ada diluar ruangan acara penutupan. Dengan ramah, tidak seperti tadi siang, S menegur dan memanggilku dengan ramah dan akupun menjawab dengan ramah pula bahkan mengikuti ajakan S untuk kembali kekamarku saja untuk kami berdua mengobrol disana. Kamipun mengobrol dengan santai tanpa mengungkit lagi hal-hal yang membuat hubungan pertemanan kami sedikit merenggang pada siang hari tadi. Suasana menjadi hangat kembali natara aku sengan S.
Setelah penutupan acara rapat kerja, aku dan teman sekamarku untuk memutuskan kembali kekota asal kami, sedangkan S dan beberapa teman lain memutuskan keesokanharinya baru kembali. S sendiri harus kembali dan singgah dulu di kota dimana anak2nya bersekolah.
Malam itu ketika dalam perjalanan kesalah satu kota dimana disitu baru kami  terbang menuju ke kota kami, pikiranku selalu teringat kepada S. DI KA mataku s tertutup tapi pikiranku  melayang memikirkan S. Waduh gawat nih, kenapa S yang mesti terbayang dipelupuk mataku?
Keesokan harinya masuk SMS sari S menanyakan keadaanku dengan teman, sambil berpesan hati-hati dan jaga diri baik2 sehingga bias nanti tiba dengan slamat di kota asalku. Senang juga hatiku, kareana S masih memperhatikan keadaan diriku.
Setelah itu kira-kira sore hari s mulai SMSku bertubi-tubi dengan canda dan mulai mengarah kesebuah rayauan yang sebenarnya ingin aku hindari namun tak kuasa. SMS dari S sudah tidak lagi sungkan-sunkan untuk menyatakan cintanya kepadaku. Aku selalu mencoba untuk mengingatkan S bahwa kami berdua sudah berkeluarga dan tidak mungkin menjalani cinta yang diutarakan oleh S kepadaku, tapi S pun tak kalah sengit untuk terus merayuku, bahkan nekad mengatakan bahwa cinta kasih kami biarlah berjalan apa adanya, tanpa perlu saling memiliki tapi cukup mencintai seorang akan yang lain, karena katanya itu jauh lebih menyenangkan daripada harus saling memiliki dan menguasai seorang akan yang lain. Acara saling SMS ini berlangsung sampai dinihari, tanpa menghiraukan temanku sekamar pada waktu itu.  Aku menitupi tubuhku dengan selimut seolah-olah aku sudah ketiduran ketika saling berbalas SMS ria dengan S.
Akhirnya sekitar jam 03.30 dini hari, pertahananku jebol, aku tak kuasa menolak rayuan S yang bertubi-tubi akkhirnya aku katakana dalam SMSku kepada S, seandainya ini dihutan belantara aku akan berteriak kuat-kuat bahwa aku juga sebenarnya sayang kepada S. Itulah merupakan awal cinta ku yang nista ini yang akan aku tuturkan lewat dunia maya ini selaku pengakuanku kepada suami tercinta dan anak-anak terkasih.
Bersambung.

Maafkan aku suamiku (pertama).


Diawali dengan saling bercerita antar teman yang dimulai dari cerita ringan tentang masalah yang pernah aku dan S alami mulai dari pengalaman kantor yang boleh dikatakan biasa-biasa saja, sampai pada cerita tentang pengalaman keluarga masing-masing. S Dimata saya orangnya terbuka, enak diajak bercerita sehingga tanpa terasa aku mau bercerita malah boleh dikatan curhat tentang masalah keluarga, baik menyangkut aku dan suami serta anak2 bahkan keluarga yang lain dari suamiku. S pun demikian sehingga tanpa sungkam masing-masing bercerita tentang pribadi dan rumahtangga masing-masing tanpa ada rasa yang menghalangi keterbukaan di antara S dengan aku. S umurnya sekitar 9 tahun diatas umurku  namun waktu itu, aku melihat S sangat romantis dan care sekali denganku. Ini tentu saja merupakan  yang sangat menarik bagiku, karena selama itu suamiku jauh lebih memperhatikan kepentingannya yakni kepentingan kantor dibandingkan dengan waktu yang diberikan kepadaku selaku seorang istri. Perhatian yang dibrikan oleh S ini tidak terasa telah mulai mergarahkan hatiku untuk juga memperhatikannya.
Di kantor kami pada waktu itu boleh diakatan ada 3 generasi. Generasi umur 50an, generasi umur 40an dan generasi 30 an ke bawah. S berada pada generasi umur 40an namun dari perilakunya cukup supel karena bisa bergaul bahkan bercanda dengan generasi yang 50an dan juga dengan generasi 30an kebawah dengan sangat menyenangkan. Dari perilaku S yang aku  gambarkan di atas, harus dengan jujur kukatakan bahwa aku mulai tertarik dengan S dibandingkan beberapa teman yang seumur denganku yang juga mencoba merayuku, bahkan dengan sebuah perbuatan yang nekad pernah ingin melecehkanku dengan cara memaksa. Tentu saja kutolak mereka mentah-mentah. Hal inipun pernah aku utarakan kepada S ketika kami saling bercerita pada suatu waktu. S menanggapinya dengan bijaksana, S katakan kadang lelaki memang nekad tanpa memperhitungkan situasi. S katakan, bahwa aku tanpa sadar dengan keramahan yang biasa kutunjukkan kepada siapa saja, termasuk S sendiri sangat menggoda bahkan terkesan gampang untuk didapat jika dirayu, padahal sesungguhnya tidak demikian. Katnya aku termasuk sosok yang ramah, romantis namun sulit untuk didapat dengan sebuah rayuan yang gombal, karena aku mempunyai prinsip yang sangat kokoh. Weleh-weleh, rasanya aku tersanjung lagi dengan pujian S yang dikemukakannya tanpa terlihat ada rayuan gombal yang dilancarkan oleh S padaku saat itu. S kembali memperoleh point tambahan dihatiku.
Pada suatu hari di tahun 2005, S menghampiri saya dan katakan, “ ada kerrja apa sih d irumah sehingga S melihatku cepat sekali meninggalkan kantor setelah selesai jam kantor?” S memang seorang pekerja keras, yang hampir setiap hari umumnya pulang paling akhir dari teman kantor yang lain, padahal S sendiri tidak pernah memperhitungkan uang lembur yang harus dibayarkan kepadanya. Aku katakan sebenarnya dirumah tidak ada hal serius yang perlu dikerjakan, aku hanya ingin cepat beristirahat di rumah. S lalu mengajakku  kalau boleh sore nanti sudi menemaninya karena dia sendiri. Ternyata, saya juga mau dan bersedia menemaninya.
Hari itu, sorenya saya menemani S bekerja. Kami saling bercerita sebagaimana biasanya kami bercerita. Dalam suasana kami bercerita S menyampaikan bahwa sebenarnya dia sayang juga kepadaku. Aku berpikir, ini hal biasa yang dilakukan oleh S ketika dia bercanda. Tapi ternyata kelihatannya S serius. Terus trang saja aku berkata tidak tapi hati kecilku menyambutnya dengan tangan terbuka, bak jatuh cinta dikala remaja. Ini mungkin yang dikatakan orang tai kucing mulai terasa coklat. Aku sudah tahu bahwa S pun telah nekad merayuku tapi untuk beberapa hari kedepan aku mau menemaninya bekerja dalam keadaan suasana kantor yang sudah sepi. Terus terang aku jujur bahwa waktu itu aku mulai jatuh cinta dengan S walaupun aku sadar dan tahu bahwa kami berdua sudah mempunyai kel masing-masing.
Bersambung.

Maafkan aku suamiku



aku seorang istri juga seorang ibu dari 2 orang anak(R). Aku mau menyampaikan pengakuanku yang pernah dicurigai oleh suamiku tercinta(F), bahwa aku pernah berselingkuh dengan kawan sekantorku yang kebetulan sama-sama punya jabatan(S). Aku mau mengaku bahwa apa yang pernah kau dengar dan k au tuduhkan padaku adalah benar  adanya. Aku malah telah melakukan hubungan suami istri dengan mantan selingkuhanku berkali-kali sampai pernah aku terlambat datang bulan seminggu lebih, Aku sangat takut pada waktu itu mungkin karena engkau suamiku tercinta telah mencurigaiku sehingga lebih dari sebulan engkau tidak pernah menyentuhku. Aku memang khilaf pada waktu itu, maafkan aku suamiku tercinta. Sekarang baru aku sadar bahwa ternyata mantan selingkuhanku hanya mengingini  tubuhku sebagai pemuas nafsu syahwatnya . Kenapa aku katakana demikian karena setiap kali kami bertemu, dengan alsan cinta dia merayuku untuk menyetubuhi diriku, dan ternyata aku lewah akhirnya akupun menyerahkan tubuhku setiap kali bertemu dengannya.  Benar-benar aku khilaf suamiku tercinta, karena di satu sisi menurut pandanganku saat itu  engkau kurang memperhatikanku di sisi lain mantan selingkuhanku sangat care terhadap aku, termasuk kebutuhan seks yang mungkin karena sakitmu engkau tak mampu memuaskanku. Akhirnya setan menang atasku dan menjerumuskanku ke lembah nista yang teramat dalam. Oh suamiku terkasih dan tercinta, maafkanlah istrimu yang pernah tersesat ini. Aku berjanji untuk tidak akan mengulanginya kembali sayangku, cintaku. Tubuhku memang telah ternoda, tapi hatiku dan jiwaku hanya kuperuntukan bagimu dan kedua anak kita. Ampunilah aku sayangku,cintaku. Mari kita membangun lagi mahligai cinta kita yang pernah ternoda oleh egoismeku ini sayangku, cintaku.