Minggu, 23 Oktober 2011

Maafkan aku suamiku – Rapat Keluar Daerah Awal cinta Bersemi (kedua).


Setiap awal atau akhir tahun, biasanya setiap tahun selaku pejabat kami (aku dan S) selalu mengikuti rapat kerja yang biasanya dilakukan intansi pusat kami yan diikuti oleh seluruh pejabat di lingkungan instansi kami di Indonesia dikota tertentu di Indonesia.
Pada awal tahun 2005, rapat kerja dilakukan di kota S. Sebelum ke kota S status kami (aku dan S) masih sebagai layaknya teman. Kami ke kota S tidak bersamaan, karena S nampaknya harus terlebih dahulu ke kota tertentu untuk menjenguk anak2nya yang sementara mengikuti pendidikan di PT. Aku ke kota S dengan beberapa teman pejabat yang lain. Dan akhirnya kami semua bias berkumpul di kota S untuk mengikuti acara rapat kerja tersebut.
Hari pertama biasanya dilakukan acara pembukaan oleh pimpinan pusat disertai arahan, sesudah itu kami diberi kesempatan untuk beristirahat karena acara pembukaan telah berakhir sekitar pukul 22.00 malam. Keesokan harinya baru dilanjutkan lagi, yang dimulai sekitar pukul 8 pagi.
Hari pertama acara rapat berakhir sekitar pukul 17.30 dan kami diberi waktu untuk beristrirahat lagi samapi esok pagi baru dilanjutkan acara rapatnya. Aku ingat betul ketika waktu makan malam berkahir, S dan beberapa kawan lain berkunjung kekamarku untuk sekedar mengobrol. S rupanya ingin mendapatkan kesempatan baik untuk berbicara denganku secara 4 mata. Teman lain sudah pada meninggalkan kamarku namun S masih tetap bertahan di kamarku. Kebetulan pada waktu itu teman sekamarku tentu saja seorang wanita juga lagi kekamar temannya sehingga tinggal aku berdua dengan S saja di kamarku. Tiba2 S mengutarakan apa yang pernah diutarakannya kepada saya beberapa hari  lalu di kantor kita. S bertanya bagaimana jawabanku terhadap pertanyaannya beberapa hari lalu, bahwa S sayang saya. Tentu saja sebagai seorang wanita dan juga seorang istri serta seorang ibu dari 2 oerang anak, aku katakana tidak bisa. Aku takut, aku tidak berani melakukan perselingkuhan dengan S. Nampaknya S dapat menerima jawabanku, sehingga pergi meninggalkan kamarku tanpa berbicara dan melakukan apaun kecuali pamitan kepada saya. Nampaknya setelah kembali kekamrnya S masih penasaran dan mencoba menghubungiku lewat telepon Hotel. S mohon maaf, dan minta juga kepadaku untuk merahasikan hal ini kepada orang lain. Aku lalu mengiyakan, dan berjanji untuk menjaga rahasia tadi kepada S. Tapi terus saja hati kecilku masih menggodaku untuk mengatakan iya kepada S namum harga diriku jauh lebih besar dari keinginagnku.
Keesokan harinya, aku melihat S sangat berubah, tidak lagi ramah kepaku bahkan terkesan menghindar. Yah itu mungkin lebih baik pikirku. Hari ini merupakan hari terakhir rapat kerja nasional.
Ketika acara penutupan akan digelar, aku ada sedikit kepentinagn dengan salah seorang anggota keluarga suamiku yang kebetulan sementara berlibur juga di kota S tempat kami berapat kerja. Malamnya ketika aku kembali ke hotel dan menuju keruangan penutupan, aku piker aku sudah terlambat bila perlu aku tidak perlu ikut acara penutupan, biarlah diluar ruangan penutupan sampai acara selesai saja. Eh tanpa disengaja pada waktu itu ternyata S juga ada diluar ruangan acara penutupan. Dengan ramah, tidak seperti tadi siang, S menegur dan memanggilku dengan ramah dan akupun menjawab dengan ramah pula bahkan mengikuti ajakan S untuk kembali kekamarku saja untuk kami berdua mengobrol disana. Kamipun mengobrol dengan santai tanpa mengungkit lagi hal-hal yang membuat hubungan pertemanan kami sedikit merenggang pada siang hari tadi. Suasana menjadi hangat kembali natara aku sengan S.
Setelah penutupan acara rapat kerja, aku dan teman sekamarku untuk memutuskan kembali kekota asal kami, sedangkan S dan beberapa teman lain memutuskan keesokanharinya baru kembali. S sendiri harus kembali dan singgah dulu di kota dimana anak2nya bersekolah.
Malam itu ketika dalam perjalanan kesalah satu kota dimana disitu baru kami  terbang menuju ke kota kami, pikiranku selalu teringat kepada S. DI KA mataku s tertutup tapi pikiranku  melayang memikirkan S. Waduh gawat nih, kenapa S yang mesti terbayang dipelupuk mataku?
Keesokan harinya masuk SMS sari S menanyakan keadaanku dengan teman, sambil berpesan hati-hati dan jaga diri baik2 sehingga bias nanti tiba dengan slamat di kota asalku. Senang juga hatiku, kareana S masih memperhatikan keadaan diriku.
Setelah itu kira-kira sore hari s mulai SMSku bertubi-tubi dengan canda dan mulai mengarah kesebuah rayauan yang sebenarnya ingin aku hindari namun tak kuasa. SMS dari S sudah tidak lagi sungkan-sunkan untuk menyatakan cintanya kepadaku. Aku selalu mencoba untuk mengingatkan S bahwa kami berdua sudah berkeluarga dan tidak mungkin menjalani cinta yang diutarakan oleh S kepadaku, tapi S pun tak kalah sengit untuk terus merayuku, bahkan nekad mengatakan bahwa cinta kasih kami biarlah berjalan apa adanya, tanpa perlu saling memiliki tapi cukup mencintai seorang akan yang lain, karena katanya itu jauh lebih menyenangkan daripada harus saling memiliki dan menguasai seorang akan yang lain. Acara saling SMS ini berlangsung sampai dinihari, tanpa menghiraukan temanku sekamar pada waktu itu.  Aku menitupi tubuhku dengan selimut seolah-olah aku sudah ketiduran ketika saling berbalas SMS ria dengan S.
Akhirnya sekitar jam 03.30 dini hari, pertahananku jebol, aku tak kuasa menolak rayuan S yang bertubi-tubi akkhirnya aku katakana dalam SMSku kepada S, seandainya ini dihutan belantara aku akan berteriak kuat-kuat bahwa aku juga sebenarnya sayang kepada S. Itulah merupakan awal cinta ku yang nista ini yang akan aku tuturkan lewat dunia maya ini selaku pengakuanku kepada suami tercinta dan anak-anak terkasih.
Bersambung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar